Kamis, 13 Oktober 2011


Sewaktu saya dan teman-teman yang kurang lebih seangkatan duduk di bangku sekolah dasar, melalui beberapa mata pelajaran, kita semua semua diajarkan bahwa Indonesia adalah negara kaya raya. Indonesia digambarkan sebagai negara dengan sumber daya alam yang melimpah ruah.
Ini lebih mendekati indoktrinasi ketimbang pelajaran menurut saya. Beberapa puluh tahun setelah indoktrinasi tersebut dilakukan, kini giliran kita semua untuk merasakan ‘hasil’ dari indoktrinasi tersebut. Mulai dari pemerintah yang menetapkan kebijakan berdasarkan asumsi tersebut. Sampai dengan ekspektasi berlebihan dari rakyat terhadap pemerintahnya.
Salah satu kesalahan yang paling sering dijumpai adalah anggapan bahwa Indonesia adalah negara yang kaya minyak. Tanpa emosi, mari kita telaah secara objektif asumsi tersebut.
Wikipedia mencatat bahwa Indonesia berada di peringkat 21 dalam hal produksi minyak, yaitu sebesar 1051000 barrel per hari. Peringkat 21 dari lebih dari 210 negara tidak terlihat terlalu buruk. Namun perbandingan tersebut bukanlah perbandingan per capita, atau dengan kata lain tidak memperhatikan populasi masing-masing negara. Padahal, dalam urusan populasi manusia, Indonesia adalah negara peringkat empat dunia dengan tak kurang dari 237 juta penduduk.
Jika kita melakukan perbandingan per capita, maka angka 1051 ribu barrel/hari tersebut tersebut kita olah menjadi: (1051 ribu barrel/hari) / (237 juta orang) = 0,00443 barrel/orang/hari = 1,62 barrel/orang/tahun. Atau jika kita konversikan ke dalam liter akan menjadi: 258 liter/orang/tahun. Dengan kata lain, satu orang di Indonesia rata-rata hanya mendapat ‘jatah’ sebanyak 258 liter/tahun. Sebagai perbandingan, tangki mobil rata-rata berkapasitas sekitar 40 liter. Perlu saya informasikan pula bahwa tidak seluruh minyak mentah dapat dikonversikan ke produk jadi untuk dikonsumsi oleh kendaraan.
Dengan perbandingan per capita, tiba-tiba negara kita tidaklah sekaya apa yang diceritakan buku PMP jaman SD dahulu.
Negara tetangga kita Brunei Darussalam memiliki produksi minyak sebesar hanya 157400 barrel/hari, tidak mencapai 15% dari total produksi minyak Indonesia, atau hanya menempati peringkat 44 dunia. Akan tetapi jumlah penduduk Brunei hanya sebanyak 407 ribu jiwa, tidak mencapai 0,2% dari jumlah seluruh penduduk Indonesia. Populasi Brunei bahkan tidak mencapai 1/4 dari populasi Kota Depok. Jika dihitung, maka produksi minyak per capita mereka adalah: (157400 barrel/hari) / (407 ribu) = 22457 liter/tahun. Dengan kata lain, seorang warga Brunei Darussalam mendapat ‘jatah’ 22457 liter setiap tahunnya, atau 87 kali lipat ‘jatah’ warga Indonesia.
Situs web nationmaster.com memiliki daftar peringkat produksi minyak per capita dari seluruh negara di dunia. Walaupun daftar tersebut bukan merupakan versi terbaru, tetapi sudah cukup untuk perbandingan kita semua (dan cukup untuk menghindarkan saya membuang waktu untuk menghitung lebih dari 200 negara di dunia). Dalam daftar tersebut, Indonesia berada di peringkat 59. Sedangkan Brunei berada di peringkat 6 dunia. Indonesia bahkan kalah dari Malaysia (peringkat 29), Thailand (peringkat 53) dan Timor Timur (peringkat 19). Selain itu, produksi minyak per capita Indonesia bahkan tidak lebih tinggi daripada Uni Eropa.
Seandainya saja saat ini Indonesia masih menjadi anggota OPEC, maka produksi minyak Indonesia hanya sekitar 3.3%. Akan tetapi, dari total seluruh populasi penduduk di negara-negara OPEC, maka Indonesia menyumbang tak kurang dari 39%.
Bagaimana dalam hal cadangan minyak? Cadangan minyak adalah jumlah minyak yang memungkinkan untuk dieksploitasi, namun belum dieksploitasi. Wikipedia mencatat bahwa Indonesia hanya menempati peringkat ke-27 dalam hal cadangan minyak bumi atau sedikit di atas empat milyar barrel. Ini belum termasuk hitungan per capita. Jika kita lakukan perhitungan per capita, maka angkanya menjadi 4050000000 barrel / 237 juta orang = 17 barrel/orang = 2716 liter/orang. Dengan kata lain, hanya ada jatah 2716 liter minyak bumi untuk setiap penduduk di Indonesia.
Berdasarkan peringkat cadangan minyak bumi per kapita di nationmaster.com, Indonesia hanya menempati peringkat ke-53, di bawah Malaysia (31), Myanmar (51), dan bahkan Amerika Serikat (33) dan Kerajaan Bersatu (34).
Masih berpikir jika Indonesia kaya akan minyak? Jangan mau jadi korban propaganda. Mungkin sudah waktunya kita pikirkan kembali tanpa melibatkan emosi. Bukan dari buku Pendidikan Moral Pancasila yang kita ‘pelajari’ sewaktu kita masih SD, tetapi dari kenyataan yang sesungguhnya.