Rabu, 14 November 2012

Sejarah 1-Suro Tahun Saka

Kalau kita mengungkap sejarah 1-Suro-Tahun SAKA berdasarkan kalender JAWA, ternyata sejarah tersebut diwarnai dengan lembaran-lembaran hitam.

Orang JAWA mulai memberlakukan kalender JAWA bertepatan dengan Tahun 78 MASEHI, bulan pertama disebut bulan SRAWANA, ke-2 BADHRAPADA, ke-3 ASWINA, ke-4 KARTIKA, ke-5 MARGASIRA, ke-6 PUSYA, ke-7 MUKHA, ke-8 PALGUNA, ke-9 CAITRA, ke-10 WAISHAKA, ke-11 JYESTHA, ke-12 ASHADA.

Kemudian nama-nama bulan tersebut dirubah, bulan pertama disebut bulan SURO, ke-2 SAPAR, ke-3 MULUD, ke-4 BAKDOMULUD, ke-5 JUMADILAWAL, ke-6 JUMADILAKIR, ke-7 REJEB, ke-8 RUWAH, ke-9 PASA, ke-10 SAWAL, ke-11 SELA, ke-12 BESAR.

Bulan pertama kalender JAWA tahun 1 SAKA atau tahun SAKA bertepatan dengan tahun 78 MASEHI tanggal 8 JULI. Karena kalender JAWA menggunakan dasar peredaran MATAHARI plus Tahun KABISAT yaitu jatuh pada PRANOTOMONGSO KAWOLU (PEBRUARI) maka unsur kalender JAWA sama dengan kalender MASEHI yaitu 365 hari + Tahun KABISAT (6 jam atau ¼ hari). Jadi kalau hari besar orang JAWA jatuh pada tanggal 1-SURO yang bertapatan dengan tanggal 8-JULI tahun MASEHI, seharusnya hari besar orang JAWA tanggalnya tetap tidak berubah-ubah yaitu selalu bertepatan dengan tanggal 8-JULI. Tapi kenyataan sekarang ini hari besar orang JAWA 1-SURO selalu berubah-ubah mencla-mencle akibat ulahnya Sultan Agung ANYOKRO KUSUMO.

Seperti kita ketahui tujuan dibentuknya PAGUYUBAN KAPRIBADEN adalah untuk melestarikan ajaran atau wulang-wuruk ROMO HERUCOKRO SEMONO yang tidak ada duanya didunia disamping untuk mengembalikan BUDAYA JAWA yang sedang diancam kehancuran. Berbicara mengenai kebudayaan kami teringat akan fatwa yang pernah diucapkan oleh seorang filosof dari AFGANISTAN atau budayawan yang mengatakan: ”BANGSA YANG TIDAK MEMILIKI BUDAYA BERARTI TIDAK MEMILIKI MASA DEPAN.”

Sekarang bagaimana halnya dengan bangsa Indonesia yang akhir-akhir ini banyak kehilangan jati dirinya dan diperparah dengan terancamnya BUDAYA JAWA? Apakah bangsa Indonesia tidak akan memiliki masa depan karena tidak memiliki jati diri dan tidak memiliki budaya? Tidak memiliki bangsa berarti tidak memiliki negara. Tidak ada BANGSA INDONESIA berarti tidak ada NEGARA INDONESIA.

Marilah kita sejenak menengok kebelakang sekitar 373 tahun yang lalu tepatnya tahun 1555 SAKA atau tahun 1633 MASEHI dimana pada saat itu tahun baru orang JAWA 1-SURO SAKA bertepatan dengan 1-MUHARAM tahun HIJRAH. Kesempatan itu dipakai SULTAN AGUNG ANYOKRO KUSUMO untuk menghapus KALENDER JAWA tahun SAKA dan diganti dengan KALENDER ARAB tahun HIJRAH.

Tindakan yang sangat revolusioner itu dilakukan dalam upayanya mengislamkan orang JAWA. Selanjutnya hanya diberlakukan KALENDER HIJRAH yang berdasarkan peredaran bulan; sudah barang tentu tidak cocok dengan KALENDER JAWA tahun SAKA yang berdasarkan peredaran matahari plus tahun KABISAT. Disisi lain beliau lupa bahwa tindakan tersebut bisa menghancurkan BUDAYA JAWA; akan tetapi beliau tidak peduli karena sudah terbius dan terikat dengan janji-janji SULTAN TURKI yang akan mengangkat SULTAN AGUNG ANYOKRO KUSUMO menjadi SAYIDINA PRANOTO GOMO disamping akan diberi bantuan senjata dan amunisi. Akibat dihapusnya KALENDER JAWA tahun SAKA maka setiap kali orang JAWA memperingati TAHUN BARU 1-SURO tahun SAKA kenyataannya yang diperingati justru 1-MUHARAM tahun HIJRAH. Jadi selama 373 tahun orang JAWA dilecehkan oleh SULTAN AGUNG ANYOKRO KUSUMO; setiap memperingati tahun baru JAWA yang diperingati justru tahun baru ISLAM.

Berdasarkan simposium yang dilaksanakan oleh team perumus yang terdiri dari pakar ASTRONOMI, para dosen U.G.M., BUDAYAWAN dan lain-lain maka diketahui TAHUN BARU 1-SURO tahun SAKA yang sebenarnya jatuh pada tanggal 8 JULI; sampai kapanpun 1-SURO tahun SAKA tidak akan berubah-ubah tetap tanggal 8 JULI, karena dasar perhitungannya sama dengan tahun MASEHI.

Demi mengembalikan sekaligus melestarikan BUDAYA JAWA yang adi luhung sudah barang tentu kita semua terutama yang mengaku sebagai orang JAWA harus berjuang dengan cara yang ramah lingkungan, bukan dengan cara HUKUM RIMBA mengerahkan massa sebanyak-banyaknya untuk memaksakan kehendak dengan disertai tindak kekerasan seperti jaman JAHILLIAH. Karena biang keladinya orang KRATON, maka seharusnya orang-orang KRATON pula yang mempunyai TANGGUNG JAWAB MORAL untuk meluruskan kejadian 373 tahun yang lalu. Kalau tidak segera diluruskan kemungkinan besar punjernya orang JAWA ini akan mendapat kutukan dari NENEK MOYANGNYA.

Secara wadah gede kita tidak bisa menuding SULTAN AGUNG ANYOKRO KUSUMO; sebab kalau kita perhatikan tahunnya yaitu tahun SAKA 1555 bertepatan dengan tahun 1633 MASEHI, semuanya tahun kembar yaitu pembuka dan penutup, wadah dan isinya URIP dan RAGANYA. 322 tahun kemudian muncul RATU ADIL ANDEPANI JAGAD AGUNG yaitu tahun 1955 MASEHI juga tahun kembar. Kalau kita perhatikan tahunnya semuanya tahun kembar sepertinya ini sudah menjadi JANGKA atau Jongko yang sudah digariskan sedangkan manusia hanya dipakai sebagai perantaranya saja. Oleh karena itu sekali lagi secara wadah gede kita tidak bisa menuding SULTAN AFUNG ANYOKRO KUSUMO, akan tetapi kalau ada yang menuding secara individu atau pribadi ya mohon dimaklumi.

sumber : http://gusjawi.wordpress.com/2012/03/15/1-suro-1-saka/