Jumat, 20 Februari 2015

Tersebutlah sebuah desa yang sedang kacau balau. Para petinggi desa saling menjatuhkan sehingga tidak terjadi ketenteraman dan kemakmuran di desa tersebut. Akan tetapi, ada sebuah surat wasiat yang ditinggalkan para leluhur desa untuk menyelamatkan kondisi desa saat desa sedang kacau balau.

Semua penduduk desa tahu bahwa petunjuk untuk menyelamatkan kondisi desa adalah dengan mengambil petunjuk yang ada pada surat wasiat itu. Akan tetapi surat wasiat itu berada di dalam hutan yang gelap. Lebih gelap daripada gelapnya malam.

Sebenarnya surat wasiat itu sangat mudah untuk ditemukan, akan tetapi banyak dari petinggi desa menyembunyikannya ke dalam hutan belantara agar surat itu tidak ditemukan. Hal itu dilakukan karena ketakutan para petinggi desa yang posisinya akan terancam jika para penduduk tahu isi surat wasiat itu.

Tidak sedikit penduduk desa yang berusaha untuk menemukan surat wasiat. Akan tetapi nasib mereka selalu terbunuh, bahkan dibuat fitnah dari petinggi desa agar penduduk desa yang lain memusuhi orang yang berusaha menemukan surat tersebut. Setelah sekian lama, penduduk desa takut untuk mencari dan membaca surat wasiat itu.

Ada beberapa orang yang dengan berani masuk ke dalam hutan yang gelap dengan membawa pelita. Beberapa pemuda itu ada bodoh dengan membawa pelita sehingga tidak mempersiapkan minyak untuk dapat memasuki hutan rimba yang gelap. Dan beberapa lagi dengan bijak mempersiapkan minyak tanpa takut akan fitnahan dari penduduk desa.

Sesampainya di hutan yang gelap, pelita para pemuda bodoh itu pun padam karena tidak ada minyak di dalamnya. Dan tersesatlah mereka di dalam kegelapan hutan rimba itu.

Berbeda dengan pemuda yang bijak dan mempersiapkan minyak, karena pelita mereka dapat menyala dan menyinari dalam kegelapan sehingga mereka tidak tersesat di dalam gelapnya hutan.

==============///============

Cerita di atas ini mirip dengan kondisi bangsa kita yang carut marut dan tidak ada kedamaian dan kesejahteraan di dalam bangsa kita. Penduduk di bangsa ini pun tahu adanya kitab sebagai petunjuk untuk mencapai ke kehidupan yang damai dan sejahtera. Penduduk di bangsa ini takut untuk membacanya karena mereka seperti pemuda bodoh yang tidak membawa minyak untuk menghidupkan pelita di gelapnya malam.

Akan tetapi jika pemuda itu bijak dan mempersiapkan minyak untuk menyalakan lentera, tentu akan berbeda jalannya. Karena orang yang berjalan di dalam gelap, tentu berbeda dengan orang yang berjalan di dalam terang.

Jakarta, 20 Februari 2015
AM

Minggu, 08 Februari 2015

Pernah mendengar kalau imlek atau tahun baru cina tidak hujan, maka orang cina akan melarat ?

Dahulu kala aku meyakini bahwa pendapat tersebut karena adanya ilmu gaib yang dimiliki oleh orang Cina. Seiring waktu berjalan, sehingga saat ini aku berusaha untuk berpikir se logis mungkin, terdapat sedikit cahaya untuk bisa membaca pendapat tersebut.

Imlek ora Udan ? Cinone kere.

Masih ingat keributan di tahun 2012 lalu yang meramalkan terjadinya kiamat di akhir tahun tersebut ? Ya, ramalan itu karena ada kalender yang dibuat oleh suku maya berakhir di tahun 2012.

Hebatnya orang Indonesia yang mengadopsi kalender georgian sebagai kalender nasional padahal kalender georgian telah mendapatkan perubahan dan revisi berulang kali. Sudah jelas kalau kita membaca secarah dengan kalender georgian, akan terdapat selisih waktu yang hebat.

Bangsa Indonesia saking tergila gilanya dengan kalender georgian sampai meninggalkan kalender miliknya sendiri. Ada kalender Saka dengan satuan matahari, kalender Jawa dengan satuan bulan, dan beberapa kalender dari suku di Indonesia ini memiliki kalendernya sendiri dengan satuan yang mirip.

Apa hubungan kegilaan ini dengan kalender Cina ?

Bangsa Cina meskipun mengadopsi kalender georgian untuk perdagangan dan hubungan internasional, mereka tidak meninggalkan kalender budaya nya sendiri.

Dalam hal ini, pasti ada segolongan orang yang mengatakan tidak meninggalkan kalender dengan hitungan bulan. Padahal kalau ditanya sekarang tanggal berapa bulan apa di kalender satuan bulan, mereka sendiri gak tahu.

Kembali ke topik "Imlek ora udan cino ne kere"

Setiap mendekati Imlek, cuaca di Indonesia ini bisa dipastikan sering mendung dan bakal hujan. Tentu bukanlah hal gaib atau dikarenakan pawang hujannya orang cina, tetapi dapat dipastikan ketepatan perhitungan kalender Cina. Bisa dengan tepat memperhitungkan kapan akan hujan dan kapan akan panas. Kalau kita terapkan kalender ini ke sistem pertanian, perdagangan, dan transportasi, pasti hasilnya lebih optimal.

Banyak pribumi di bangsa ini yang tidak mau mengakui kehebatan kalender Cina sehingga mengaitkan hal-hal yang realistis dan bisa menjadi masukan untuk menata kembali perekonomian yang hancur sebagai bangsa dengan SDA dan SDM yang luar biasa kaya ini. Kesombongan itu mengakibatkan kebodohan yang turun temurun.

Mari tinggalkan ego kita, kita akui kelemahan kita, kita tanggalkan kesombongan kita, dan kita tata kembali sosial, ekonomi, dan budaya kita.



Jakarta, 09 Februari 2015
AM