Jumat, 16 Januari 2015

Pada tanggal 27 Desember 1949 sebagai hasil kesepakatan tiga pihak dalam Konferensi Meja Bundar: Republik Indonesia, Bijeenkomst voor Federaal Overleg (BFO), dan Belanda. Kesepakatan ini disaksikan juga oleh United Nations Commission for Indonesia (UNCI) sebagai perwakilan PBB. 




  1. Mr. Susanto Tirtoprodjo dari Negara Republik Indonesia menurut perjanjian Renville. 
  2. Sultan Hamid II dari Daerah Istimewa Kalimantan Barat 
  3. Ide Anak Agoeng Gde Agoeng dari Negara Indonesia Timur 
  4. R. A. A. Tjakraningrat dari Negara Madura 
  5. Mohammad Hanafiah dari Daerah Banjar 
  6. Mohammad Jusuf Rasidi dari Bangka 
  7. K.A. Mohammad Jusuf dari Belitung 
  8. Muhran bin Haji Ali dari Dayak Besar 
  9. Dr. R.V. Sudjito dari Jawa Tengah 
  10. Raden Soedarmo dari Negara Jawa Timur 
  11. M. Jamani dari Kalimantan Tenggara 
  12. A.P. Sosronegoro dari Kalimantan Timur 
  13. Mr. Djumhana Wiriatmadja dari Negara Pasundan 
  14. Radja Mohammad dari Riau 
  15. Abdul Malik dari Negara Sumatera Selatan 
  16. Radja Kaliamsyah Sinaga dari Negara Sumatera Timur
sumber : http://nobessito2.blogspot.com/
Suku Dayak
Suku Dayak
Tuduhan ini banyak dilontarkan oleh orang-orang yang tidak menghargai keberadaan Suku Dayak sebagai penghuni asli Pulau Kalimantan. Baru-baru ini Pangdam VI Mulawarman, Mayjen TNI Dicky Wainal Usaman, yang menyebutkan tidak ada putra daerah di Pulau Kalimantan dengan menyebut semuanya pendatang (silahkan baca berita), bahkan ada juga salah satu pejabat di Kalimantan Timur yang berujar bahwa penduduk asli Kalimantan Timur itu adalah suku Kutai dan Bugis, sedangkan Dayak hanyalah pendatang pada masa Proto Melayu.

Karena sudah merasa jengah dengan tuduhan lancung seperti ini, maka saya akan mencoba membahasnya.
Satu-satunya teori yang digunakan untuk pembenaran statement mereka ialah teori tentang Migrasi Proto Melayu atau Melayu Tua dimana terjadi migrasi dari Yunnan China ke arah nusantara ini, dan terjadi pada rentang waktu 2500 – 1500 tahun sebelum masehi (Neil Joseph Ryan (1976). A History of Malaysia and Singapore. London: Oxford University Press. pp. 4 & 5), kebanyakan teori menyebutkan Dayak adalah merupakan suku migrasi dari Yunnan dengan melihat beberapa kesamaan fisik & kebudayaan beberapa sub suku Dayak yang memiliki ciri ras mongoloid. Oke mari kita coba telaah.

Kebanyak para ahli menggunakan teori proto melayu hanya mendasarkan penelitian pada beberap sub suku dayak, padahal di Kalimantan ini ada ratusan sub suku dayak dan tidak semuanya memiliki ciri ras mongoloid. Setidaknya ada tiga pendekatan untuk menyanggah hal ini:


PENDEKATAN MELALUI MITE

Untuk menjawab ini tentu kita harus melihat dari mite atau cerita tutur orang Dayak sendiri tentang asal usulnya. Jika kita meneliti tentang mite-mite yang ada disemua suku Dayak kita akan menemukan 2 jenis cerita kejadian yang berbeda:
  1. Adanya migrasi dari satu daerah asal tertentu sebelum masuk ke Pulau Kalimantan yaitu migrasi dari negeri Cina
  2. Tidak ada kisah migrasi tetapi memang sudah ditempatkan Tuhan di pulau ini
Aku akan memulai dari kisah migrasi, beberapa yang memiliki kisah migrasi dari negeri Cina ini ialah seperti Dayak Kenyah, Dayak Lun Dayeh, Dayak Kadazan dan beberapa yang lain, jika melihat ciri fisiki suku Dayak ini memang mereka memiliki ciri-ciri ras mongoloid. Perpindahan dari daerah daratan Asia menuju Nusantara dan Pulau Kalimantan ini konon disebabkan terdesaknya oleh perang antar suku dan budaya KAYAU atau potong kepala. Inilah mengapa budaya Kayau atau potong kepala bukan merupakan budaya asli, ini dapat dilihat dari jenis senjata orang Dayak sebelum era Mandau berupa Dohong (sejenis belati) dari bentuknya memang tidak dirancang untuk memenggal tetapi lebih kepada untuk ritual. Kayau terjadi akibat pembalasan serangan para ASANG atau suku dari arah utara yang suka meyerang kampung lain untuk menjarah dan mengumpulkan kepala musuhnya.
Dayak Kenyah
Dayak Kenyah
Wanita Dayak Lun Dayeh

Tetapi tidak semua suku Dayak memilki mite migrasi dan ciri fisik mongoloid. Salah satunya ialah Dayak Ngaju, kita dapat menggali dari kepercayaan KAHARINGAN (agama asli orang Dayak) tentang kisah Genesis manusia Dayak. Bahwa RANYING atau Tuhan menurukan manusia Dayak memang di Pulau Kalimantan ini. Generasi pertama manusia sering disebut TETEK TATUM atau manusia yang tinggi besar. Dari sumber kisah Tetek Tatum ini juga kita memperoleh info bahwa adanya kedatangan migrasi dari dataran China yang kemudian diterima dan terjadi asimilasi.


PENDEKATAN BUKTI PRA SEJARAH

Jikaulau orang sering menggunaka pendekatan teori Proto Melayu, maka seperti pendekatan Mite diatas ada kebenaranya atau Half Truth bahwa memang ada migrasi dari dataran Asia. Tapi jangan dilupakan adanya juga Indigenous di Pulau Kalimantan ini sebelum era Proto Melayu. Tapia apa buktinya ?? Di Kalimantan Timur kita menemukan beberapa Goa yang memiliki lukisan-lukisan tapak tangan, babi serta rusa terkena anak panah itu sama dengan yang ditemukan di Australia. Selain motif lukisan yang sama, ternyata usia dari bahan untuk melukis tersebut juga sama atau serupa peninggalan kaum Aborigin di Australia sekitar 10.000 tahun silam. Artinya jauh lebih tua dari pada era migrasi Proto Melayu.
Lukisan Prasejarah di Kalimantan
Lukisan Prasejarah di Kalimantan
Ada yang mengatakan ini adalah ras negroid atau Aborigin, maka bisa saja ras awal yang disebut TETEK TATUM di Pulau Kalimantan ini adalah ras negroid yang akhirnya terasimilasi dengan pendatang dari dataran Asia.

Selain lukisan di masih ada banyak peninggalan pra sejarah yang masih merupakan misteri, misal ukiran batu di Lidung. Padahal orang Dayak tidak dikenal memiliki kebudayaan mengukir di media batu. Dan juga peti mati batu di Kabupaten Pasir.
Ukiran Batu di Lidung - Kalimantan Timur
Ukiran Batu di Lidung – Kalimantan Timur
Lalu muncul pertanyaan kenapa kebanyak di daerah Kalimantan Timur peninggalan ini? Jika kita kaitkan lagi dengan tutur babad Dayak atau Tetek Tatum kita akan melihat bahwa generasi awal orang Dayak memang berada disekitaran Sungai Mahakam, yang kemudian terdesak kearah selatan akibat serangan para asang kayau – kemungkinan adalah serangan dari suku-suku yang datang dari dataran asia. Makanya zaman serangan asang kayau ini sering disebut era “RATAP TANGIS SEJATI”.


PENDEKATAN MENGENAI CARA PENGUBURAN

Jika melihat situs-situ pra sejarah dimana tulang belulang leluhur dimakamkan di kuburan batu atau di goa-goa. Maka untuk membandingkannya kita harus melihat dari Suku Dayak yang tidak dipengaruhi kepercayaan Hindu atau Islam. Mari kita lihat kebiasaan Suku Dayak Punan.
Dayak Punan menurutku yang masih murni dalam hal keyakinan sebab orang-orang Punan yang cenderung tinggal di pedalaman hutan. Kita akan melihat kebiasaan menguburkan leluhurnya di goa-goa masih dilakukan. Baru-baru ini ditemukan sebuah TABALA atau peti mati berukuran 4 meter di sebuah Goa di Hulu Sungai Busang Kabupaten Murung Raya, Kalimantan Tengah.
Foto Penemuan Tabala di Goa Bangirang, Hulu Sungai Busang Kab. Murung Raya, Prov. Kalimantan Tengah
MURA2
Foto Penemuan Tabala di Goa Bangirang, Hulu Sungai Busang Kab. Murung Raya, Prov. Kalimantan Tengah
Foto Penemuan Tabala di Goa Bangirang, Hulu Sungai Busang Kab. Murung Raya, Prov. Kalimantan Tengah
Adanya kesesuaian antara Mite, penemuan-penemuan pra sejarah dan budaya penguburan ini membuktikan sebelum era Proto Melayu sudah ada leluhur Orang Dayak di Pulau ini. Yang masih belum dilakukan ialah; pendekatan melalui test DNA tulang belulang yang ditemukan di goa-goa pra sejarah ini dengan genetika orang Dayak masa kini, saya memiliki keyakinan bahwa ini juga pasti akan memiliki kesesuaian.
Lalu ada lagi tuduhan lain:


TAPI KAN KATA DAYAK ITU PEMBERIAN NAMA OLEH BELANDA

Jawabannya BENAR, jaman dahulu orang dayak karena saking banyaknya mereka tidak memilik nama khusus untuk menyebutkan kesukuannya tetapi lebih pada nama aliran sungai atau nama pemimpinnya. Nama Dayak dahulu hanyalah sebuah hinaan atau ejekan dari bahasa Melayu yang berarti ras liar. Tetapi kemudian identitas ini melalui suatu pergulatan social yang panjang diambil oleh suku-suku pribumi Kalimantan menjadi suatu identitas yang mempersatukan.

Suku-suku lain di Kalimantan seperti Kutai, Banjar, Paser, Tidung, Sebagian Melayu adalah merupakan keturunan suku yang disebut Dayak saat ini, sebab identitas mereka sudah terbentuk sebelum adanya nama Dayak. Tetapi kita bisa mencermati setidaknya dari 2 pendekatan sisi linguistik dan kepercayaan masyarakat mula-mula karena dua hal ini yang akan lambat mengalami perubahan ketimbang kebiasaan dan budaya.
Misal Kutai secara linguistic sangat dekat dengan Bahasa Dayak Benuaq, belum lagi melihat sisi ritual dan mite genesisnya. Demikian juga tentang suku Banjar bisa dilihat dalam artikel SIAPA ORANG BANJAR??
Jadi sangat menjadi tuduhan lancung jika mengatakan Dayak adalah suku pendatang. Apalagi ada pejabat KalTim yang mengatakan suku dari Sulawesi dalam hal ini Orang Bugis yang menjadi suku asli Kalimantan Timur.

Sejarah kedatangan Suku Bugis ke Kalimantan dimulai ketika di Kalimantan berdiri kerajaan dan kemudian menjadi kesultanan Kutai dan Paser. Ada suatu cerita sejarah dimana Sultan Kutai memberikan suatu wilayah untuk orang-orang Bugis tinggal di Kalimantan Timur. Demikian juga di daerah Kerajaan Paser ketika terjadinya pernikahan ratu Paser dengan bangsawan Bugis. Sehingga dari sejarah ini kita dapat tahu bahwa Suku Bugis adalah suku pendatang dari Sulawesi yang kemudian diterima dengan baik. Jadi jika ada sekelompok orang yang mengatakan kalau Suku Dayak lah yang menjadi pendatang maka belajar lagi pada sejarah dan ingat pepatah ini “DIMANA BUMI DIPIJAK DISITU LANGIT DIJUNJUNG”

Tetapi mencermati bukti lingustik suku Bugis kita akan menemukan bahwa adanya kesamaan bahasa dengan suku di Taiwan – The Austronesian ancestors of the Buginese people settled on Sulawesi around 2500 B.C.E. There is “historical linguistic evidence of some late Holocene immigration of Austronesian speakers to South Sulawesi from Taiwan” – which means that the Buginese have “possible ultimate ancestry in South China”, and that as a result of this immigration, “there was an infusion of an exogenous population from China or Taiwan – (Susan G. Keates, Juliette M. Pasveer, Quaternary Research in Indonesia. Taylor & Francis, 2004). Jadi kemungkinan asalanya Suku Bugis juga adalah migrasi Proto Melayu yang mengambil arah ke Sulawesi.
Lalu ada pendekatan untuk pembenaran lagi:


KITA INI KAN SEMUA KETURUNAN ADAM DAN HAWA JADI PASTI SEMUA PENDATANG

Pendekatakan agama sangat sukar untuk didebatkan, tetapi agama Semawi meyakini kisah Adam & Hawa tapi jangan lupa agama Non Semawi memiliki kisah yang berbeda seperti Agama Kaharingan. Saya salah satu orang yang TIDAK percaya bahwa leluhur manusia HANYA berasal dari Adam & Hawa. Tetapi kembali itu adalah masalah keyakinan dan tidak akan bisa kita bahas di forum ini.
Dari penjelasan yang singkat ini jelas lah buat saya bahwa SUKU DAYAK adalah memang PRIBUMI PULAU KALIMANTAN, sudah teruji melalui puluhan ribu tahun sejarah. Dan tulisan ini bukan untuk menciptakan suatu GAP antara suku Dayak dengan Suku Pendatang di Pulau Kalimantan. Tetapi ini perlu dijelaskan, karena saya yakin Orang Jawa tidak akan suka jika dikatakan sebagai suku pendatang di Pulau Jawa, atau Orang Bugis adalah pendatang di Pulau Sulawesi.
Sebab sejarah kelam bangsa Dayak yang selalu dianggap inferior, rendah, bukan manusia, kafir inilah yang mendorong rasa jengah. Sebab adanya upaya untuk mengaburkan sejarah dan menghilangkan identitas Orang Dayak sebagai BUMI PUTERA PULAU KALIMANTAN.

Tabe

Bekasi 15/Januari/2014

sumber : folksofdayak.wordpress.com
Mungkin tidak banyak yang tahu bahwa dahulu sebelum bergabung dengan RI Indonesia, Kalimantan pernah memiliki beberapa negara yang kala itu tujuannya ingin mendirikan Negara Kalimantan. Hal ini dimulai ketika Jepang tunduk pada sekutu tahun 1945 maka Netherlands-Indies Civil Administrationdisingkat NICA mengambil alih Kalimantan dari tangan Jepang, NICA mendesak kaum Federal Kalimantan untuk segera mendirikan Negara Kalimantan menyusul Negara Indonesia Timur yang telah berdiri. Saat itu berdasarkan perjanjian Linggarjati antara pemerintah Indonesia dan Belanda tahun 1949 Belanda mengakui secara de facto wilayah Republik Indonesia hanya meliputi Jawa, Sumatera dan Madura. Maka yang masuk dalam  Republik Indonesia Serikat hanyalah:
  1. Negara Republik Indonesia (RI) di Jakarta
  2. Negara Indonesia Timur di Singaraja
  3. Negara Pasundan (termasuk Distrik Federal Jakarta) Bandung
  4. Negara Jawa Timur di Surabaya
  5. Negara Madura
  6. Negara Sumatera Timur
  7. Negara Sumatera Selatan
Sedangkan Kalimantan saat itu merupakan neo-zelf-bestuur atau neo-self-governance atau daerah outonom sendiri. Beberapa negara bagian yang ada di Kalimantan adalah Negara Kalimantan Barat, Negara Kalimantan Timur, Kalimantan Tenggara, Negara Banjar dan satu-satunya Negara Bagian yang dicitak-citakan sebagai Dayak Homeland adalah Negara Dayak Besar. Pergerakan pembentukan negara Kalimantan  dimulai dengan dibentuklah Dewan Kalimantan Barat tanggal 28 Okt 1946, yang menjadi Daerah Istimewa Kalimantan Barat pada tanggal 27 Mei 1947; dengan Kepala Daerah, SultanHamid II dari Kesultanan Pontianak dengan pangkat Mayor Jenderal. Wilayahnya terdiri atas 13 kerajaan sebagai swapraja. Dewan Dayak Besar dibentuk tanggal 7 Desember1946, dan selanjutnya tanggal 8 Januari 1947 dibentuk Dewan Pagatan, Dewan Pulau Laut dan Dewan Cantung Sampanahan yang bergabung menjadi Federasi Kalimantan Tenggara. Kemudian tanggal 18 Februari 1947 dibentuk Dewan Pasir dan Federasi Kalimantan Timur, yang akhirnya pada tanggal 26 Agustus 1947 bergabung menjadi Dewan Kalimantan Timur. Selanjutnya Daerah Kalimantan Timur menjadi Daerah Istimewa Kalimantan Timur dengan Kepala Daerah, Aji Sultan Parikesit dari Kesultanan Kutai dengan pangkat Kolonel. Daerah Banjar yang sudah terjepit daerah federal akhirnya dibentuk Dewan Banjar tanggal 14 Januari1948.
Perjuangan pembentukan Negara Dayak Besar tidak lepas dari pergerakan perjuangan Pakat Dayak. Pada waktu pergerakan Kemerdekaan Indonesia, Pakat Dayak mengambil arah anti nasionalis untuk melawannasionalisme Banjar. Orang banjar yang telah berperang melawan Belanda selama 40 tahun adalah pendukung kuat terhadap Revolusi Indonesia yang mereka anggap sebagai “Second Holy War” sebab mereka bercita-cita mendirikan Indonesia sebagai Islamic State. Sebab itu Pakat Dayak “mendukung”Belanda melawan Republik Indonesia untuk menghindari pendirian negara agama (Islamic State). Maka kemudian Belanda kemudian melakukan pembagian – yang didukung oleh masyarakat Dayak dengan perjanjian Linggarjati 1946, yaitu Indonesia dan Belanda setuju untuk mendirikan suatu daerah semi outonom yang terpisah dari Kalimantan Selatan yang didominasi Banjar. Kemudian pemimpin Dayak sendiri bisa memipin Negara Dayak yang baru dibentuk. Dan pada pertemuan linggarjati II tahun 1949 Negara Dayak Besar mendapatkan Statusnya sebagai COSNTITUENT STATE.

Pada tahun 1947 – 1950 Negara Dayak Besar sempat memiliki Bendera yaitu berupa garis horizontal dengan tiga warna yaitu merah, kuning dan biru
James B. Minahan (Encyclopedia of the Stateless Nations – Ethnic and National Groups Around the World – volume II) presents:
“The Dayak national flag, the flag of the national movement in Indonesia, is a horizontal tricolor of red, yellow and blue.”

There is no other evidence (known to me) corroborating this claim. Could this flag be based on on the earlier, eventual, flag of Dayak Besar state of 1946-50?
Chrystian Kretowicz, 13 April 2009
Bendara Negara Dayak Besar
Bendara Negara Dayak Besar (Merah : berani; Kuning : kemakmuran; Biru : kejayaan)

Namun semangat mendirikan Negara Kalimantan kemudian pudar akibat kaum Banjar & Melayu (pendukung republik yang paling luas) merasa terancam sebab NEGARA KALIMANTAN dipandang sebagai upaya DAYAK MERDEKA. Sehingga hal ini menjadi materi propaganda Republik; selain melalui gerilya militer adalah juga infiltrasi ideologi. Singkat kata, kampanye para aristokrat dan golongan elit Kalimantan semakin terpecah, sehingga upaya mempersatukan ide ke NEGARA KALIMANTAN mengalami kemacetan, akhirnya semua mendukung RIS (Republik Indonesia Serikat), tetapi RIS sendiri kemudian dibubarkan pada tahun 1950. Pada tahun 1947an akhir, ada utusan DAYAK BESAR,  dibawah pimpinan ketua-muda Cyrilus Atak datang ke Jakarta dan membuat pernyataan resmi mendukung Republik Indonesia. Akhirnya konsepsi Dayak Besar sebagai negara, apalagi Negara Kalimantan itu tidak pernah teralisir.

Namun bukan berarti tidak pernah ada pergolakan ketika status Otonomi Khusus Kalimantan ditolak oleh Republik Indonesia pada masa itu sempat terjadi pemberontakan dan kerusuhan sporadis. Lambat laun ketika masa Orde Baru pengaruh Dayak di Kalimantan di kerdilkan dengan sekian lama tidak diberikannya kesempatan orang Dayak untuk memimpin daerahnya sendiri kemudian pihak berwenang Indonesia sudah lama menolak untuk mengakui agama asli orang Dayak “Kaharingan” dan diklasifikasikan sebagai ateis, yang pada tahun 1965 membawa penganiayaan berat untuk mereka karena mereka diduga menjadi simpatisan komunis. Untuk memuluskan penguasaan atas Kalimantan maka pada Orde Baru Pemerintah mendatangkan sejumlah besar penduduk dari Jawa dan imigran Madura di Kalimantan yang dikemudian hari akan menjadi bibit konfllik dinegara ini dan kebijakan penebangan hutan yang tidak terkendali menyebabkan deforestasi di tanah Dayak dan memicu sentimen ethno-nasionalisme di antara orang-orang Dayak.

Ide atau semangat mendirikan Negara Kalimantan bukanlah padam. Baru-baru ini mulai muncul hembusan untuk mendirikan Negara Dayak silahkan baca:Borneo Merdeka Berembus - terutama sejak tidak pernah dilibatkannya Orang Dayak dalam peta perpolitikan Nasional dan pembangunan Daerah yang tidak berimbang dengan kekayaan alam yang telah dikuras. Sehingga seolah-olah Negara hanya tertarik dengan Sumber Daya Alamnya sedangkan SDM – Sumber Daya Manusianya tidak dibangun – bahkan sempat oleh beberapa oknum pemerintahan dianggap pendatang di tanah leluhurnya. Baca: MENJAWAB TUDUHAN SUKU DAYAK ADALAH PENDATANG DI KALIMANTAN. Maka jika Pemerintah kedepan ini tetap masih menganaktirikan Kalimantan dan penduduk aslinya maka bukan tidak mungkin gerakan ini akan bangkit kembali. Quo Vadis Dayak??

sumber : folksofdayak.wordpress.com

Senin, 12 Januari 2015

Hari hari ini aku bingung dengan cara pandang masyarakat dan penghuni facebook pada umumnya. Orang-orang mulai mendesak Organisasi Kemasyarakatan yang aku dimana aku menjadi salah satu warga di dalamnya. ORMAS bergerak di bidang sosial budaya tetapi selalu diisukan ke masalah agama. Lucu kan ?


Sekiranya gambar di atas ini jelas bahwa ajaran dari Abraham yang menjadi dasar dari ORMAS tempat aku beraktifitas ini berbeda dengan ajaran agama. Dimana ajaran Abraham mengajarkan untuk beraktifitas dan berusaha untuk menghadapi apa yang akan terjadi di masa depan, tetapi ajaran agama hanya mengajarkan untuk berdoa tanpa adanya usaha dan berhayal akan ada hal ajaib yang akan terjadi.

Miris memang, karena aktifitas ORMAS yang begitu mengundang simpati masyarakat sehingga banyak yang iri dan mengisukan hal-hal negatif kepada ORMAS. Sebutlah namanya adalah GAFATAR, Gerakan Fajar Nusantara.

Dalam websitenya, terlihat jelas aktifitas dan aksi sosial yang diselenggarakan. Gak heran jika banyak orang-orang yang kemudian iri dengan ORMAS ini. Banyak pertanyaan yang menjebak seperti pada gambar berikut :


Datu Wiryawan adalah pengguna facebook yang sering menggiring opini bahwa GAFATAR bergerak di bidang agama dan cenderung untuk menjebak warga GAFATAR di facebook untuk salah menjawab pertanyaan sehingga warga GAFATAR menjadi melanggar pasal subversif tentang penistaan agama. Jelas-jelas pertanyaannya menggiring.

Pada blog ini saya akan mencoba menjawab pertanyaan beliau sehingga tidak lagi diulang-ulang dan tidak lagi terkesan menutup nutupi. Dan perlu diingat, saya menjawab pertanyaan Datu Wiryawan ini atas dasar pribadi. Apabila ingin secara organisatoris, silakan temui saya di kantor GAFATAR yang jelas-jelas alamatnya ada pada website resmi di http://www.gafatar.or.id

1. Bagaimana ajarannya?
Ajaran apa ? ajaran GAFATAR ? yang namanya organisasi, pasti memiliki visi dan misi untuk tujuan masa panjangnya. 


A s a s

 GAFATAR adalah Organisasi kemasyarakatan yang berasaskan Pancasila.

V i s i

 Terwujudnya tata kehidupan masyarakat, bangsa dan negara yang damai sejahtera, beradab, berkeadilan dan bermartabat di bawah naungan Tuhan Yang Maha Esa melalui penyatuan nilai-nilai luhur bangsa, peningkatan kualitas ilmu dan intelektualitas, serta pemahaman dan pengamalan nilai-nilai universal agar menjadi rahmat bagi semesta alam.

M i s i

 Memperkuat solidaritas, kebersamaan, persatuan, dan kesatuan khususnya antar sesama elemen bangsa Indonesia serta dunia pada umumnya. Selain itu, juga memupuk saling pengertian dan kerja sama antar sesama lembaga yang memiliki kepedulian dan perhatian terhadap upaya perdamaian dan kesejahteraan dunia.

program kerja, silakan kunjungi ke link berikut : program kerja
2. Siapa tuhannya?
Tuhan Pencipta langit dan bumi dan apa-apa yang ada di antara keduanya, jika anda mempercayai-Nya

3. Siapa nabinya?
Seperti pertanyaan di alam kubur. Nabi, berasal dari bahasa arab Naba' yang artinya berita besar. Nabi berarti orang yang membawa kabar berita besar dari zaman dahulu sampai sekarang. dari Adam sampai nabi di akhir zaman yang selalu membawa berita besar.

4. Apa yang dipercayai dan di imani?
Percaya dengan kebenaran.

5. Kitabnya seperti apa?
Kitab artinya kan buku atau bacaan. apa perlu dijelaskan bagaimana bentuk buku ?

6. Bagaimana cara menyebarkannya?
Menyebarkan apa nih ? menyebarkan GAFATAR ? ya dengan cara melakukan edukasi kepada masyarakat dan bersama-sama melakukan bakti sosial kepada masyarakat. Atau dengan cara berdialog.

7. Apakah mengimani Alquran?
Ya. saya mengimani Al-Qur'an. Bahkan tidak sebatas mengimani saja, tetapi justru mempelajari dan menjadikan Al-Qur'an ini dasar untuk beraktifitas. Jika anda meragukan argumen saya, coba tunjukkan ayat Al-Qur'an yang bertentangan dengan aktifitas GAFATAR. saya jamin anda tidak akan menemukannya.

8. Apakah wajib Sholat dan melakukan ibadah seperti Muslim?
Itu urusan agama anda. Bagi warga GAFATAR tidak ditentang untuk melakukan ibadah maupun ritual agamanya. dan GAFATAR tidak ikut campur dalam ibadah agama para warganya. Karena di GAFATAR tidak hanya ada orang islam. ada agama lain dah ada aliran kepercayaan di dalamnya.

9. Siapa ahmad musadeq itu, apa peranananya? 
Beliau adalah guru spiritual dan penasehat dari aktifitas GAFATAR. Apakah ajaran Ahmad Musadeq ini buruk atau baik ? anda lihat aktifitas GAFATAR. Dari donor darah, cek kesehatan gratis, bersih lengkungan itu semua ajaran dari beliau, silakan anda nilai.

10. Mengapa tidak diperbolehkan menggunakan bahasa arab dalam lingkup Gafatarian?
Bukan tidak diperbolehkan. Akan tetapi, GAFATAR adalah Gerakan Fajar Nusantara. Bukan Gerakan Fajar Arab. Ya lebih condong ke tempat dimana GAFATAR berada. Masa di Indonesia memakai bahasa arab. apakah yang diajak ngomong nanti bisa memahami apa yang dibawa ?


Semoga yang membaca tulisan ini telinganya tidak tuli, matanya juga tidak buta sehingga dibukakan pintu hidayah kepada pembaca.

Kamis, 01 Januari 2015


Mandalajati Niskala Seorang Filsuf  Sunda Abad 21 Menjelaskan Dalam Buku SANG PEMBAHARU DUNIA DI ABAD 21, Mengenai Filsafat SASTRA JENDRA HAYU NINGRAT PANGRUWATING DIYU YANG ADA KAITANNYA DENGAN BAHASA IBU.

Filsafat Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu oleh Mandalajati Niskala dianalogikan bagai sebuah kotak yang berisi rahasia besar. Kotak itu berukuran panjang 1M, lebar 1M dan tinggi 1M. Kotak terbuat dari bahan yang tidak bisa dihancurkan oleh kekuatan apapun, sebab kotak itu diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Kemudian kotak dikunci dengan gembok rahasia yang juga tidak bisa dibobol oleh kekuatan apapun karena gembok rahasia itupun diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa.

Di atas kotak tersebut diletakan Handbook sebagai pedoman untuk membuka kotak rahasia, dan harus didahului bagaimana caranya membuka gembok rahasia itu. Jika gembok rahasia telah mampu dibuka, di dalamnya terdapat isi yang sangat rahasia dan misteri yang bernama Sastra Jendra Hayu Ningrat Pangruwating Diyu. Aneh bin ajaib jangankan isi kotak, gemboknya saja hingga kini abad 21 belum ada yang sanggup membuka. Handbook kotak tersebut berisi simpul-simpul dan simpul-silmpul tersebut merupakan cerita; Resi Wisrawa memulai penjabaran apa arti ilmu Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu.
Namun sebelum wejangan berupa penjabaran makna ilmu Sastra Jendra Hayu Ningrat Pangruwating Diyu diajarkan kepada Dewi Sukesih, Resi Wisrawa memberikan sekilas tentang ilmu itu kepada Sang Prabu Sumali. Resi Wisrawa berkata lembut, bahwa seyogyanya tak usah terburu-buru, kehendak Sang Prabu Sumali pasti terlaksana. Jika dengan sesungguhnya menghendaki keutamaan dan ingin mengetahui arti sastra jendra.

Ajaran Ilmu Sastra Jendra itu adalah, barang siapa yang menyadari dan menaati benar makna yang terkandung di dalam ajaran itu akan dapat mengenal watak diri pribadi. Nafsu-nafsu ini selanjutnya dipupuk, dikembangkan dengan sungguh-sungguh secara jujur, di bawah pimpinan kesadaran yang baik dan bersifat jujur. Dalam pada itu yang sifat buruk jahat dilenyapkan dan yang bersifat baik dikembangkan sejauh mungkin. Kesemuanya di bawah pimpinan kebijaksanaan yang bersifat luhur, dan seterusnya……, dan seterusnya hingga cerita tuntas setebal buku.

Handbook itu diperebutkan dan diklaim sebagai kitab Sastra Jendra Hayu Ningrat Pangruwating Diyu. Muncullah disana-sini akhli kitab Sastra Jendra, sebab disangkanya Sastra Jendra Hayu Ningrat Pangruwating Diyu itu berupa “KIWIR KIWIR SETEBAL BUKU”, padahal buku yang terletak diatas kotak itu, hanyalah sebuah Handbook untuk membuka gembok rahasia agar kotak dapat dibuka.
Jika kotak ternyata dapat dibuka karena Handbook dibaca dengan benar, di dalam kotakpun masih ada Handbook lainnya sebagai pegangan tata-titi untuk membuka rahasia Sastra Jendra Hayu Ningrat Pangruwating Diyu.

Sampai saat ini kotak itu masih tertutup rapat dan gembok rahasiapun belum ada yang sanggup membuka. Ketahuilah jika nanti Gembok rahasia dapat diketahui kuncinya, sehingga kotak itu dapat dibuka, maka Kitab Sastra Jendra Hayu Ningrat Pangruwating Diyu beserta Handbooknya HILANG DITELAN ALAM atas izin Tuhan Yang Maha Kuasa, melanglang jagat “Trimurti” menemui “Sejati Diri”, mengendap merelung darah “HUDAR, HADIR, HIDIR”, sehingga orang yang berebut untuk mewarisinya hanya mendapati kotak dengan RUANG KOSONG.

Inilah sebuah analogi yang disampaikan oleh Mandalajati Niskala mengenai Filsafat Sastra Jendra Hayu Ningrat Pangruwating Diyu yang masih menjadi sebuah misteri besar dalam dunia filsafat dan spiritual. Menurut pandangan Mandalajati Niskala bahwa Filsafat Sastra Jendra Hayu Ningrat Pangruwating Diyu merupakan kamus ilmu yang tanpa limit dalam sebuah sistem filsafat kehidupan semesta, namun hingga kini bagi banyak kalangan akhli masih terbalut selaput tebal. Mandalajati Niskala mampu menyingkapnya menjadi sebuah mustika ilmu pengetahaun yang luar bisa. Jujur saja rata-rata para pakar seperti kami, tidak faham akan kandungan filsafat Sastra Jendra dan hanya terjebak pada alur cerita Wisrawa, Dewi Sukesih, dll.
Terbongkarnya kandungan filsafat Sastra Jendra oleh Mandalajati Niskala, ditandai dengan penjelasan panjang lebar yang beliau sampaikan pada bahasan filsafat di banyak pertemuan. Akibatnya banyak kalangan yang intinya ingin memahami lebih jaun mengenai Sastra Jendra dan bertanya kepada beliau tentang rahasia yang terkandung didalamnya. Kami mengikuti dan mengamati apa yang dijelaskan Mandalajati Niskala sangat berbeda dengan yang dipahami oleh mereka yang mengklaim para akhli budaya. Mereka umumnya hingga kini masih buta dan meraba-raba. Gambaran rahasia Sastra Jendra Hayu Ningrat Pangruwating Diyu ditandai dengan lahirnya syair “Nitis Ngawanci” yang beliau tulis sebagai berikut: ———————————–
Cur pulung Mandala Agung,
- Mandala Sastrahing Jendra,
- Mandala Hayuning Ratu,
- Mandala Pangruwating Diyu,
- Mandala jatining rasa Geus ngucur jati rahayu,
- Jati Langit Lohing Mahpud,
- Nitis Bumi Loh Jinawi,
- Nitis sumereping ati,
- Ati kula ati Sunda,
- Matarema Insun – Dia,
- Ati rasa nu sajati,
- Nu ngancik na jero diri.
Pur ngempur cahyahing Mandalajati, nu ngebrak gilang gumilang, Nu hurung jero kurungan
Pur ngempur Mandala Agung Cahyahing gilang gumilang Nu nyaangan Pawenangan Sastrahing Jendra Hayuning Ratu Pangruwating Diyu PANGGUMULUNG “keun upayakeun” Mandala Jati kana “kun fayakuning” Mandala Agung.
Rep rerep sumerep-hing gumulung nyarungsum balung Tis nitis tumitis-hing ngagetih ngaati Jleg ngadeg Sastra-hing Jendra Hayun-hing Ratu Pangruwat-hing Diyu Nyurup ngamanusa Sunda Dina adegan Khalifah,
———————————–

Dalam local genius (Local Wisdom) ada ritual untuk bersyukur kepada alam dalam bentuk sajen yang dalam arti bahasa merupakan saji atau sesaji. Para peneliti sejarah menganggap bahwa ritual sesaji merupakan ritual animisme dan dinamisme.

sumber : http://ahmadsamantho.wordpress.com