Minggu, 24 Februari 2013

Bejo, adalah seorang pendekar yang sakti mandraguna di negeri ini. Tidak ada seorang pun jagoan silat yang bisa mengalahkannya. Jauh sudah dia mengembara dari seluruh penjuru. Namun dengan tingkat ilmu beladirinya yang luar biasa itu, Bejo tetap merasa ada yang kurang dari dirinya.

Bejo berkelana kembali mencari guru yang bisa mengajarkannya ilmu kanuragan maupun ilmu budi pekerti sehingga rasa janggal yang dia rasakan sirna. Sebagaimana para pendekar pada umumnya, watak dan perilaku Bejo sangatlah kasar. Sepadan dengan tubuhnya yang tegap tinggi besar. Siapa yang tak gentar melihat dia dan gertakannya yang cetar membahana itu.

Siapa yang bersungguh sungguh, pasti akan mendapatkan hasil juga. Bejo akhirnya mendengar ada seorang pertapa yang sangat luar biasa hebatnya. Gemuruh angin selalu menyertai kemana pertapa itu pergi. Tinggalnya ada di puncak gunung salak yang memang sangat angker. Pesawat dari Rusia saja jatuh saat melewati puncak gunung ini.

Badai kan dilewati, lautan api (selat sunda) pun diseberangi oleh Bejo demi menemui pertapa itu. Dengan susah payah ia mendaki puncak gunung salak. Dinas pemerintah yang melarang pun tak berkutik melawan gertakan Bejo.

Memang jauh dari peradaban tempat pertapa tersebut, sampai sampai hanya dengan jalan kaki sajalah tempat pertapa dapat dicapai. Namun apa boleh buat, mungkin nasib kurang mujur. Bukannya diterima sebagai murid, Bejo malahan diusir oleh pertapa tua itu. Bejo tak lantas mundur dan putus asa. Dia bahkan duduk di depan pintu rumah pertapa siang malam demi mendapat pengajaran dari pertapa. Setelah tujuh hari lamanya, akhirnya pertapa bersedia menemui Bejo.

Pertapa : "Ada apa anak muda ? Bukankah engkau sudah hebat. engkau adalah Bejo sang cetar membahana pendekar tak terkalahkan di negeri ini"
Bejo : "Saya ingin berguru kepada pertapa agar tak ada yang mengalahkan aku lagi. Memang saat ini aku tak terkalahkan. Namun suatu saat nanti aku akan tua dan lemah seperti pak tua."
Pertapa : "Hahaha... dasar anak tidak tahu rasa syukur. apa kamu pikir aku akan menerimamu sebagai murid ? Apa yang bisa aku ajarkan pada pendekar yang tak terkalahkan ini ?"
Bejo : "Apa aja yang penting bisa membuat aku kuat"
Pertapa : "Baiklah, aku akan menerimamu sebagai murid asalkan engkau bisa menjawab pertanyaanku."
Bejo : "Baik pak tua, apa pertanyaanmu ?"
Pertapa : "Lebih hebat mana antara keras dan lembut ?"
Bejo : "....."
Pertapa : "Pikirkanlah dulu. kalau sudah mengerti, datanglah ke tempat ini lagi anak muda"

Namun sampai esok hari, Bejo masih tidak mengerti arti dan jawaban dari pertanyaan pertapa. Bejo yang tak kenal menyerah itu tetap memaksa menemui pertapa.

Bejo : "Wahai pertapa, aku memang tidak mengerti arti dan jawaban dari pertanyaanmu. Sudilah pertapa memberikan petunjuk kepadaku"
Pertapa : "Baik. ini untuk menghargai jerih payahmu. Perhatikanlah wahai anak muda. OOOOOOOOOOSSSSSSSSSHHHHHHH....."
Bejo : "Maksud pertapa ?"
Pertapa : "HEHEHE,,, renungkanlah dulu petunjukku, dan datanglah esok lagi"

Bejo masih juga bingung, dan besoknya datang lagi ke rumah pertapa. Namun pertapa tetap memberi petunjuk berupa teriakan OOOOOOOOOOSHHHHHH..... Yang membuat Bejo tambah bingung. Tiap hari Bejo selalu mendatangi rumah pertapa. Hingga pada hari keempat puluh, pertapa itu berbelas kasihan kepada Bejo.

Pertapa : "Nak, kamu masih belum mengerti juga. Perhatikanlah mulutku. OOOOOOOOOSSSSSSSSSHHHHHHH...... Apa yang dapat kamu lihat nak ?"
Bejo : "Berupa teriakan pak tua."
Pertapa : "Dasar anak muda. lihatlah mulutku untuk memperhatikan keras dan lunak. Lihat gigiku yang keras ini telah rontok dimakan usia. Namun lidahku yang lunak tetap utuh sebagaimana aku lahir. Jelas kan nak, bahwa kekerasant tidaklah kuat untuk menghadapi hal yang lunak. Kekerasan tidaklah solusi. Lihatlah para pendahulu yang mendapat julukan SRI atau pemimpin negara yang mendapat julukan RATU. Mereka bukanlah perempuan, tetapi sifak lunak dan adil yang harus mereka lakukan dapat melumpuhkan orang-orang kuat seperti dirimu"

Bejo pun tertegun dan mulai saat itu dia mengabdikan dirinya kepada masyarakat. sifatnya yang dulu garang sekarang berangsur angsur menjadi lunak, sopan, penuh cinta kasih. Bejo yang dulu dijauhi masyarakat dan hanya bersahabat dengan pedang, sekarang berubah menjadi orang yang penuh cinta kasih dan disegani masyarakat.

Cerita ini hanya gambaran tentang keras dan lunak. Mana yang lebih kuat ?

salam,

_/\_

Ariadi Jatmiko

Tagged: , ,

0 komentar:

Posting Komentar